Humas ║Penulis: Ato’ Farid ║ Editor: Tristi Munawaroh ║ 9 Maret 2021
Parakan, Temanggung – Peristiwa penting yang terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian Rasulullah SAW ialah Isra’ Mi’raj. Dua buah peristiwa yang memang berbeda antara Isra’ dan Mi’raj. Dalam peristiwa Isra’, Nabi Muhammad diberangkatkan oleh Allah SWT dari Masjidil Haram di Mekah hingga Masjidil Aqsa di Palestina. Lalu dalam peristiwa Mi’raj, Nabi Muhammad SAW dinaikkan kelangit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini, Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan ibadah salat lima waktu.Penggambaran tentang kejadian ini dapat dilihat di surah ke-17 di Al-Qur’an, yaitu Surah Al-Isra’.
Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga karena dari sinilah salat lima waktu diwajibkan kepada umat Islam. Peristiwa Isra’ Mi’raj menjadikan sebagian orang murtad dari yang awalnya beriman dan membenarkan beliau. Peristiwa Isra’ Mi’raj merupakan ujian keimanan bagi manusia sebagaimana Firman Allah SWT: “Dan Kami tidak menjadikan penglihatan yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia”. (al-Isra’ /17: 60).
Setelah kejadian Isra’ Mi’raj, pagi harinya, Rasulullah SAW duduk diantara sahabat-sahabatnya. Abu Jahal lewat dan bertanya “Tadi malam kamu melakukan perjalanan dari Mekkah menuju Syam, kemudian pagi harinya kamu berada diantara kami semua?”. Rasulullah menjawab “Ya!”, kemudian Rasulullah bercerita apa yang telah dialaminya.
Abu Jahal mengumpulkan orang-orang kafir quraisy, lalu bercerita semua yang didengarnya dari Rasulullah SAW. Mereka menertawakan cerita itu, bahkan ada beberapa orang kafir quraisy yang mengganggap Rasulullah SAW sudah gila.
Setelah selesai dengan orang-orang kafir qurasy, Abu Jahal mendatangi Abu Bakar. “Bagaimana pendapatmu tentang sahabat tercintamu, Muhammad?” Tanya Abu Jahal bertanya. “Aku mempercayainya, dan semua berita yang disampaikan.” Jawab Abu Bakar.
Sebagian orang quraisy tidak percaya dengan Isra’ dan Mi’raj, namun tidak demikian dengan Abu Bakar radhiya`llahuanhu, Beliau membenarkan peristiwa Isra’ Mi’raj yang dialami oleh Rasulullah SAW dan diceritakan kepadanya. Sehingga Abu Bakar radhiya`llahuanhu mendapat julukan di belakang namanya yaitu ash-Shidiq (orang yang membenarkan). Disinilah peran penting Abu Bakar radhiya`llahuanhu sang penangkal berita hoaks Isra’ Mi’raj yang dikalangan kafir quraisy disebut sebagai peristiwa bohong dan mustahil.
Akhir kata, semoga dengan peringatan Isra’ Mi’raj ini semakin meningkatkan keimanan umat Islam kepada Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW hingga akhir hayat. Semoga bermanfaat. (af_19.40)
Referensi:
- Abu Bakar Memperoleh Julukan ash-Shiddiq – id.wikibooks.org
- Bab Isra’ Rasulullah ke Langit – Hadits Shahih Muslim nomor 234 – hadits.id
- Bab Mi’raj – Hadits Shahih Bukhari nomor 3598 – hadits.net
- Isra Mikraj – id.wikipedia.org
- Kisah Isra Mikraj – muslim.or.id
- Tentang Isra’ Rasulullah – Hadits Musnad Ahmad nomor 2680 – hadits.net